MAKNA NARASI PERSONA DALAM LIRIK KABANTI KULISUSU

Zakiyah Mustafa Husba

Abstract

Fenomena laut yang terkandung di dalam sebuah puisi bukan suatu hal yang baru bagi masyarakat pesisir. Sastra dan laut bagi masyarakat pesisir adalah sebuah kenyataan. Semua yang terkandung dalam puisi pada dasarnya merupakan sebuah re eksi dari kebiasaan dan kehidupan sehari-hari masyarakat penuturnya. Kabanti merupakan salah satu jenis puisi lisan yang dilakukan oleh masyarakat pesisir di Buton Utara. Kegiatan bertutur menjadi salah satu kebiasaan yang dilakukan oleh nelayan di Desa Lantagi, Kulisusu, khususnya sebelum melakukan kegiatan melaut. Salah satu cara untuk mengungkapkan berbagai pengalaman hidup suatu masyarakat dapat dilakukan dengan menganalisis karya-karyanya. Pengungkapan ini tentunya untuk mengetahui cara masyarakat pesisir bersastra, berseni, berkreasi tentang berbagai hal, mengabarkan sebuah peristiwa, menceritakan sebuah pengalaman, dapat diketahui melalui cara-cara penggunaan bahasa penciptanya. Penelitian ini difokuskan pada tanda dan makna yang dianalisis melalui pendekatan semiotik. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan berbagai hal tentang kehidupan nelayan melalui pengalaman persona penyair kabanti. Hasil analisis menunjukkan bahwa dalam Kabanti Kulisusu terdapat sebuah hubungan harmonis antara manusia dengan manusia dan manusia dengan alam. Hubungan ini khususnya ditandai dengan adanya penggunaan simbol dan motif yang menunjukkan ekspresi dan kecintaan manusia pada laut, ungkapan perasaan cinta antara sesame manusia, dan perjuangan hidup manusia dalam memperoleh kebahagiaan. 

Keywords

puisi; semiotik; narasi persona; kabanti Kulisusu

Full Text:

PDF

References

Asrif. (2013). “Kesusastraan Buton Abad Xix : Kontestasi Sastra Lisan dan Tulis, Budaya Dan Agama”. Jurnal Sawerigading, 19 (3), hlm. 477–484.

Danesi, M. (2011). Pesan, Tanda, dan Makna. Yogyakarta: Jalasutra.

Fananie, Z. (2001). Telaah Sastra. Surakarta: Muhammadiyah University Press.

Hadirman & Ardianto. (2016). Kabhanti Wuna sebagai Media Komunikasi Tradisional dan Tantangannya di Era Globalisasi. Potret Pemikiran, 20 (2), hlm. 1–17.

Hamid, A.R. (2011). Orang Buton Suku Bangsa Bahari Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Hastuti, H. B. P. (2012). Nilai Lokalitas Orang Bajo dalam Cerpen “Lando”. Jurnal Kandai, 8 (1), hlm. 91–102.

Husba, Z.M. (2015). “Eksistensi Kekuatan Bahari dalam Sastra Lisan Kulisusu”. Pabitara, hlm. 41–45.

Jabrohim. (2012). Teori Penelitian Sastra. (Jabrohim, Ed.). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Niampe, L. (1999). Kabanti Oni Wolio. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Depdikbud.

Pradopo, R.D. (2014). Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Rosdin, A. (2014). Aspek Kultural “Bismillahirrahmânirrahim” dalam Keislaman Orang Buton: Kajian. El Harakah, 16(1), hlm. 81--99.

Sahlan. (2012). “Kearifan Lokal Kabanti Untuk Masyarakat Buton (Penelitian Analisis Konten)”. Parameter, 29 (2), hlm. 192–199.

Sahlan. (2012). “Kearifan Lokal Pada Kabanti Masyarakat Buton dan Relevansinya Dengan Pendidikan Karakter”. El Harakah, 14(2), 312–325.

Sunarti, S. (2017). “Kosmologi Laut dalam Tradisi Lisan Orang Mandar di Sulawesi Barat”. Jurnal Aksara, 29 (1), hlm. 33–48.

Taum, Y.Y. (2011). Studi Sastra Lisan: Sejarah, Teori, dan Pendekatan disertai Contoh Penerapannya. Yogyakarta: Lamalera.

Wikipedia.org. (2017). “Kulisusu, Buton Utara”. Retrieved from http://id.m.wikipedia.org.

Zaimar, O.K.S. (2015). Semiotik dan Penerapannya dalam Karya sastra. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Refbacks

  • There are currently no refbacks.