Masalah dan Pengucilan Sosial Masyarakat Kampung Barutikung dalam Cerpen Gelang Sipaku Gelang (2) Karya Yusi Avianto Pareanom
Abstract
Masyarakat yang tinggal di kota tidak lepas dari problematika. Terlebih, bagi masyarakat kampung yang banyak terdapat di kota-kota besar. Cerpen “Gelang Sipaku Gelang (2)” karya Yusi Avianto Pareanom menggambarkan problematika berupa masalah dan pengucilan sosial yang dialami oleh masyarakat Kampung Barutikung di Kota Semarang. Tulisan ini menjelaskan gambaran masalah dan pengucilan sosial masyarakat Kampung Barutikung dalam cerpen, serta penyebab terjadinya. Untuk dapat menjelaskan masalah tersebut, penulis menggunakan pendekatan sosiologi sastra. Analisis yang dilakukan didasarkan pada interpretasi objektif, dengan didukung berbagai referensi terkait yang digunakan untuk mendukung analisis dan argumen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masalah sosial yang terjadi di Kampung Barutikung dalam cerpen, yakni berupa kriminalitas (tawuran atau perkelahian massal, pencurian, dan judi), kemiskinan, banjir dan rob, masalah kepadatan penduduk, serta penyakit. Masalah sosial yang dialami sangat berkaitan erat dengan posisi masyarakat Barutikung sebagai bagian dari masyarakat bawah dan pinggiran di Kota Semarang. Kondisi tersebut menjadi semakin parah lantaran berbagai pengucilan sosial masyarakat Barutikung. Pengucilan sosial yang terjadi yakni berupa rasa malu, marginalisasi, diskriminasi, dan stigmatisasi. Hal ini membuat masyarakat Barutikung dalam cerpen menjadi tidak percaya diri, malu, menderita, sengsara, terkucil, dan bahkan mencoba melepaskan identitasnya.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Barker, C. (2013). Cultural Studies: Teori & Praktik. Kreasi Wacana.
Batubara, B., Warsilah, H., Wagner, I., Salam, S., & Koalisi Pesisir Semarang-Demak. (2020). Maleh dadi Segoro: Krisis Sosial-Ekologis Kawasan Pesisir Semarang-Demak. Lintas Nalar.
Budiman, M. (2008). Memandang Bangsa dari Kota. Jurnal Ilmu Sastra dan Budaya, 4(1), 43–64. https://doi.org/10.51817/susastra.v4i1.29
Budiman, M. (2017). Memahami Evolusi Budaya Urban. Seminar Nasional Kajian Budaya Ur-ban Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Depok, 16–30.
Damono, S. D. (1978). Sosiologi Sastra. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Devi-Ardhiani, Y. (2012). Potret Relasi Gali – Militer di Indonesia (Ingatan Masyarakat Yogya-karta tentang Petrus 1983). Retorik, 3(1), 37–58.
Endraswara, S. (2011). Metodologi Penelitian Sosiologi Sastra. CAPS.
Hutagaol, A. M. L. R. (2023). Jangan Takut ke Bandarharjo, Semarang Utara. Sekarang Tid-aklah Seperti Dahulu. Https://Www.Nongkrong.Co/Peristiwa/43110918977/Jangan-Takut-Ke-Bandarharjo-Semarang-Utara-Sekarang-Tidaklah-Seperti-Dahulu.
Kroef, J. M. van der. (1985). “Petrus”: Patterns of Prophylactic Murder in Indonesia. Asian Sur-vey, 25(7), 745–759. https://doi.org/10.2307/2644242
Kusno, A. (2007). Di Balik Pascakolonial: Arsitektur, Ruang Kota, dan Budaya Politik di Indone-sia. Airlangga University Press.
Kusumawijaya, M. (2008). Seni (dan Sastra) dalam Perkembangan Kota: Living Together, Grow-ing Apart? Hidup Bersama, Makin Berpisah. Susastra: Jurnal Susastra dan Budaya, 4(1), 65–91. https://doi.org/10.51817/susastra.v4i1.30
Lestari, T. R. P. (2016). Menyoal Pengaturan Konsumsi Minuman Beralkohol di Indonesia. As-pirasi: Jurnal Masalah-Masalah Sosial, 7(2), 127–141. https://doi.org/10.46807/aspirasi.v7i2.1285
Madanipour, A. (2015). Social Exclusion and Space. In The City Reader (pp. 237–245). Routledge.
Magnis-Suseno, F. (2016). Etika politik: Prinsip-prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern. Gramedia Pustaka Utama.
Maulidi, F. (2022). Peranan Kepolisian Republik Indonesia dalam Penyidikan Tindak Pidana Pencurian. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Mu’adz, S. (2022). Sang Imam Tentara di Tengah Black Area: Peran Sosial Keagamaan Kh. R. Syamsudin di Kelurahan Bandarharjo 1964-2014. IAIN Salatiga.
Muhajir. (2018). Konflik Sosial Kota dalam Cerpen Persaudaraan Kasih Tuan Sekober. Seminar Nasional, Pertemuan Ilmiah Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) 40, 137–146.
Nugraheni, D. (2012). Hubungan Kondisi Fasilitas Sanitasi Dasar dan Personal Hygiene dengan Kejadian Diare di Kecamatan Semarang Utara Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyara-kat Universitas Diponegoro, 1(2), 922–933.
Pareanom, Y. A. (2020). Gelang Sipaku Gelang (2). In Muslihat Musang Emas (pp. 44–51). ba-NANA.
Ridlo, M. A. (2016). Mengupas Problema Kota Semarang Metropolitan. Deepublish.
Sadhyoko, J. A. (2014). Dari “Kampung Gali” ke “Kampung Santri”: Upaya Perubahan Citra Kampung Baru Tikung Semarang, 1964-2012. Universitas Diponegoro.
Saputri, A. N. (2020). Analisis Faktor Faktor Penyebab Kenakalan Remaja di Kampung Ba-rutikung Semarang. Universitas Negeri Semarang.
Silver, Hilary. (2003). Social Exclusion. Indicators, 2(2), 5–21. https://doi.org/10.1080/15357449.2003.11069166
Sugiarto, S. R., & Laura Andri Retno Martini. (2022). Marginalisasi dan Refleksi Sosial dalam Tiga Cerpen Kuntowijoyo: Kajian Sosiologi Sastra Marxis. Nusa: Jurnal Ilmu Bahasa dan Sastra, 17(3), 255–270. https://doi.org/10.14710/nusa.17.3.255-270
Sugiarto, S. R., Nurulhady, E. F., & Waluyo, S. (2023). Cities in Kalimantan in the Short Story “Kota-kota Air Membelakangi Air” by Raudal Tanjung Banua. SUAR BETANG, 18(2), 231–248. https://doi.org/10.26499/surbet.v18i2.14229
Tio, J. (2001). Kota Semarang dalam Kenangan.
Wijono, R. S. (2013). Modernitas dalam Kampung: Pengaruh Kompleks Perumahan Sompok terhadap Pemukiman Rakyat di Semarang Abad ke-20. LIPI Press.
Refbacks
- There are currently no refbacks.