OTORITAS TUBUH ANTARA SAKRAL DAN PROFAN DALAM PUISI KARYA PENYAIR BALI TAHUN 1970—2016/THE AUTHORITY OF THE BODY BETWEEN SACRED AND PROFANE IN SOME POEMS BY BALINESE POETS IN 1970--2016
Abstract
Abstrak
Eksploitasi citra tubuh muncul berulang sebagai tema dalam puisi Indonesia dalam rentang waktu enam dekade, 1970—2016. Dalam penelitian ini dianalisis citra tubuh dalam puisi Indonesia dengan fokus pembahasa pada dua hal, yaitu wacana otoritas tubuh, baik sakral maupun profan sebagai representasi citra ruang manusia; konsep ruang dan konstruksi tubuh dalam pertarungan kehidupan dalam puisi-puisi penyair di Bali. Metode pengumpulan data penelitian ini adalah studi pustaka dengan teknik baca catat. Analisis data menggunakan metode analitik deskriptif dengan teknik hermeneutika dan interpretatif. Teori penelitian ini adalah poskolonial Sara Upstone dengan mempraktikkan ruang tubuh dan konstruksi keberadaan eksistensi manusia itu sendiri. Hasil dan pembahasan penelitian ini membuktikan bahwa otoritas tubuh mengalami ironi dengan peristiwa yang dialami manusia, yaitu tubuh sebagai jasmaniah, tubuh sebagai simbol agama, dan tubuh sebagai kekuatan perempuan dalam menghadapi pertarungan kehidupan. Konstruksi yang terjadi dalam tubuh pada akhirnya menjadi diri yang dibongkar oleh penyair yang secara ontologis dikuliti sendiri. Tubuh dihancurkan dalam kebudayaan, kefanaan, sedangkan jiwa sebagai Tuhan yang diidealkan dalam keutuhan. Dengan demikian, konstruksi dan ruang tubuh antara profan dan sakral adalah ruang paradoksal antara jasmani dan rohani yang didekonstruksi oleh penyairnya menjadi sebuah ironi semata.
Kata kunci: puisi, ruang tubuh, konstruksi, profan sakral
Abstract
Exploitation of body image appeared repeatedly as theme in Indonesian poem in six decades, 1970—2016. In this research body image on Indonesian poems were analized focused on two points, the discourse of body authority, both sacred and profane as representation of human space image; the concept of space and body construction in the battle of life in poems in Bali. Method of this research is literary study by noting and reading technique. Data analysis method of this research is descriptive analytics by hermeneutic techniques and interpretative.
This research used postcolonial of Sara Upstone theory by practicing the physical space and construction of body space and the existence of human itself. The results and discussion of this research prove that the authority of the body has irony with the events experienced by humans, namely the body as body, the body as religious simbol, and the body as a force of women in the face of the battle of life. The construction that takes place in the body eventually becomes a self dismantled by the poet who is ontologically skinned on his own. The body is destroyed in culture, inhumanity, while the soul as God is idealized in wholeness. Thus, the construction and the space between the profane and the sacred is the paradoxical space between the physical and the spiritual that the poet deconstructs to be a mere irony.
Keywords: poem, body space, construction, sacred profane
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Abbas, K.S. (1993). “Pernikahan Hati”. Dalam
Antologi Puisi Indonesia Teh Gingseng.
Putu Fajar Arcana (Ed.). Denpasar: Sanggar Minum Kopi.
Adzhani, S.A. (2014). “Konstruksi Ruang Kota Poskolonial dan Respon Spasial dalam Novel The Kite Runner Karya Khaled Hosseini”. Jurnal Poetika, Vol. II, No. 1, Juli 2014, hlm. 36--42.
Artawan, G. (2012). “Puri Raharja 211”. dalam Dendang Denpasar Nyiur Sanur. I Nyoman Darma Putra dkk. (Eds.). Denpasar: Pemerintah Kota Denpasar bekerja sama dengan Arti Foundation.
Baraas, F. (1976). “Di Pelabuhan Buleleng”. Dalam Adalah Sebagian dari Kita (Faisal Baraas dan I G.N. Rachmat Supandi. Denpasar: Yayasan Ilmu dan Seni Lembaga Seniman Indonesia Bali.
Beng-Huat, C. (2000). “Tubuh di Mal Pamer, Bentuk, Keintiman”. Dimuat Kalam 15: Jurnal Kebudayaan, 2000, hlm. 44--59.
Bunyamin, A.S. (2012). “Sakral dan Profan dalam Kaitan dengan Ritus dan Tubuh: Suatu Telaah Filsafati Melalui Agama dan Konsep Diri”. Jurnal Melintas, Vol. 28, No. 1, hlm. 23--38.
Derks, W. (2000). “Tubuh Liar “Realisme Grotesk” dalam Cerita Melayu”. Dimuat Kalam 15: Jurnal Kebudayaan, 2000, hlm. 79--106.
Gantang, I G.P.B.S. (1976). “Batuk-Batuk Malam”. Dalam Kisah Sebuah Kota Pelangi. Denpasar: Lembaga Seniman Indonesia Bali.
Hamzah, A. (1935). “Kubangkitkan Badan”. Dimuat di Majalah Timboel, September 1935.
Khuza’i, R. (2007). Dialog Epistemologi Mohammad Iqbal dan Charles S. Peirce, hlm. 77. Bandung: PT Re ka Aditama.
Kleden, I. (2004). Puisi: Membaca Kiasan Badan: Kumpulan Sajak Joko Pinurbo”. Dalam Sastra Indonesia dalam Enam Pertanyaan: EsaiEsai Sastra dan Budaya, hlm. 207--219. Jakarta: Pustaka Utama Gra ti.
Kumarsana, D.G. (2014). Mata Dadu. Tabanan: Pustaka Ekspresi.
Mangunwijaya, Y.B. (1988). Sastra dan Religiusitas. Yogyakarta: Kanisius.
Merawati, F. (2014). “Perjalanan dalam Puisi “Perjalanan Tanpa Henti” Karya Remy Sylado. Jurnal Bahastra, Vol. XXXII, No. 1, Oktober 2014, hlm. 35--48.
Mohamad, G. (2000). “Tubuh, Melankoli, Proyek”. Dimuat Kalam 15: Jurnal Kebudayaan, 2000, hlm. 5--25.
Nadjira, F. (1993). “Teh Gingseng”. Dalam Antologi Puisi Indonesia Teh Gingseng. Putu Fajar Arcana (Ed.). Denpasar: Sanggar Minum Kopi.
Parsua, N. (2015). “Tuhan Hati Nurani (81)”. Dalam Tuhan Hati Nurani. Denpasar: Balai Bahasa Provinsi Bali.
Pinurbo, J. (1999). Celana. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Pinurbo, J. (2007). Celana, Pacar Kecilku, Di Bawah Kibaran Sarung: Tiga Kumpulan Sajak. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Rahariyoso, D. (2017). Konstruksi Tubuh Joko Pinurbo Ruang Pascakolonial di Balik Celana dan Di Bawah Kibaran Sarung. Yogyakarta: Araska.
Rahariyoso, D. (2014). “Paradoks Ruang Tubuh dalam Puisi “Sakramen” Karya Joko Pinurbo: Kajian ‘Pascakolonial Tubuh’ Sara Upstone”. Jurnal Poetika, Vol. II, No. 1, Juli 2014, hlm. 43--54.
Rangkuty, H. (1974). “Dosa-Dosa Manusia”. Dalam Telah Kubuka Pintu. Denpasar: Lembaga Seniman Indonesia Bali.
Rusmini, O. (2014) Saiban. Jakarta: Grasindo.
Rusmini, O. (2007). Warna Kita. Jakarta: Grasindo.
Saidi, I.A. (2007). “Narasi-Narasi Tentang Tubuh dalam Seni Rupa Kontemporer Indonesia Studi Atas Karya-Karya Agus Suwage, Arahmaiani, Ivan Sagita, dan I.G.A.K. Murniasih”. Jurnal Visual Art, Vol. 1D, No. 2, 2007, hlm. 246--259.
Satria, I D.K. (1988). “Yesus Kecil Palungan Kecil”. Dalam Spektrum Sebuah Antologi Puisi. PutuAryaTirtawiryadanNoorHana (Eds.). Mataram: Yayasan Mitra Sastra Mataram bekerja sama dengan Yayasan Lembaga Kemanusiaan Masyarakat Pedesaan (YLKMP) NTB.
Sawitri, C. (2000). “Namaku Dirah”. Dalam Bali The Morning After. Darlington, Australia: Darma Printing.
Sianipar, S.J. (2005). “Tubuh dan Kesadaran dalam Budaya Imajinasi Penafsiran Atas Budaya Masyarakat yang Diserbu Oleh Teknologi dan Media Komunikasi”. Dalam Mudji Sutrisno dan Hendar Putranto (Eds.). TeoriTeori Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius.
Soenandhy, O. (1970). “Hidup dan Kehidupan”. Dalam Penyair Bali. Denpasar: Himpunan Pengarang Indonesia Bali.
Sugiharto, B.I. (2000). “Penjara Jiwa, Mesin Hasrat Tubuh Sepanjang Budaya”. Dimuat Kalam 15: Jurnal Kebudayaan, 2000, hlm. 26--42.
Sukada, M. (1975). “Janganlah Tunggu Aku di Pintu”. Dalam Tuhan Telah Datang Padaku (Made Sukada dan I.G. Rachmat Supandi). Denpasar: Yayasan Ilmu dan Seni Lembaga Seniman Indonesia Bali.
Sukada, M. (1975). “Sendiri di Gereja Santu Yosep”. Dalam Tuhan Telah Datang Padaku (Made Sukada dan I.G. Rachmat Supandi). Denpasar: Yayasan Ilmu dan Seni Lembaga Seniman Indonesia Bali.
Sukma, M. (2015). “Ruang Alternatif bagi Problematika Nation dalam Puisi-Puisi Agam Wispi pada Antologi Puisi Eksil Di Negeri Orang”. Tesis (S-2). Yogyakarta: Program Pascasarjana, FIB, Universitas Gadjah Mada.
Sunarta, W.J. (2016). Montase. Tabanan: Pustaka Ekspresi.
Supandi, I G.N.R. (1976). “Dialog Imajinasi dalam Bemo”. Dalam Garam. Denpasar: Yayasan Ilmu dan Seni Lembaga Seniman Indonesia Bali.
Tanjung, N.N.T. (2009). “Puisi Bali Modern “Siwa Ratri” Karya I Ketut Rida: Kajian Transformasi Teks”. Sawerigading, Vol. 15 (3), Desember, hlm. 413--424.
Taro, M. (1973). “Pada Malam Penebusan Dosa”. Dalam Seekor Burung Buat Tarmada. Denpasar: Yayasan Ilmu dan Seni Lembaga Seniman Indonesia Bali.
Taum, Y.Y. (2016). “Sang Kritus dalam Puisi Indonesia Modern”. Jurnal Ilmiah Kebudayaan Sintesis, Vol. 10(1), Maret 2016, hlm. 1--21.
Torevell, D. (2000). Losing the Sacred: Ritual, Modernity and Liturgical Reform. Edinburgh: T&TClark.
Upstone, S. (2009). Spatial Politics in the Postcolonial Novel. Surrey: Ashgate Publishing Company.
van Peursen, C.A. (1983). Tubuh, Jiwa, dan Roh, hlm. 118. Terjemahan K. Bertens. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Windia, I W. (1974). “Bisik Penyair Buat Kekasihnya”. Dalam Malam Sunyi. Yayasan Ilmu dan Seni Lembaga Seniman Indonesia Bali.
Refbacks
- There are currently no refbacks.