KETIDAKBERDAYAAN PEREMPUAN ATAS PERSOALAN KEHIDUPAN DALAM NOVEL GARIS PEREMPUAN KARYA SANIE B. KUNCORO

Ery Agus Kurnianto

Abstract

Masalah ketidakberdayaan tokoh perempuan dalam novel Garis Perempuan karya Sanie B. Kuncoro menjadi persoalan yang dibahas dalam penelitian ini. Tujuan penelitian ini adalah mengungkap, mendeskripsikan, dan mengintepretasikan subalternasi yang menimpa tokoh Ranting dan Gending dalam novel Garis Perempuan karya Sanie B. Kuncoro. Metode pengumpulan data penelitian ini adalah metode pustaka dengan teknik catat. Metode kualitatif deskriptif digunakan dalam menyajikan analisis data dengan teknik analisis kontens. Teori yang digunakan adalah partiarki Walby (1990) dengan pendekatan subalternasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tokoh perempuan yang dimunculkan dalam novel Garis Perempuan ini merupakan bentuk perempuan yang selama ini tersubalternasi oleh oleh kaum penganut sistem patriarkat. Perempuan menempati posisi sebagai golongan subalternasi yang tidak diberi suara untuk menyampaikan pandangan dan hasratnya dalam dunia kuasa. Dari hasil pembahasaan tersebut dapat disimpulkan bahwa perempuan dapat diabaikan dalam hubungannya dengan persoalan publik, perkerjaannya berkaitan dengan hal-hal domestik, khususnya kehidupan rumah tangga.

 

 

Keywords

subalternasi; tokoh; perempuan

Full Text:

PDF

References

DAFTAR PUSTAKA

Anoegrajekti, N. (2009). “Resistensi dan Negosiasi Perempuaan dalam Realitas Fiksi dan Fakta”. Semiotika, 10 (2), hlm. 151—165.

Arivia, Gadis. (2005). Filsafat Berperspektif Feminis, Yayasan Jurnal Perempuan, Jakarta.

Ashcroft, B., G. Griffiths, and H. Tiffin. (1995). The Postcolonial Studies Reader. London: Routledge.

Damono, S.D. (1997). Sosiologi Sastra: Suatu Pengantar Ringkas. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Darma, B. (2004). Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional.

Fakih, M. 2013. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Gandhi, L. (2001). Teori Poskolonial: Upaya Meruntuhkan Hegemoni Barat. Yogyakarta: Qalam.

Kartika, B.A. (2011). “Eksploitasi Concubinage dan Subjek Subaltern: Hegemoni atas Perempuan Indonesia dalam Tinjauan Kritis Pascakolonial dan Feminisme Novel De Winst Karya Afifah Afra. Avatisme. 14 (1), hlm. 51—64.

Kuncoro, S.B. (2009). Garis Perempuan. Yogyakarta: Bentang.

Moore, H.L. (1988). Feminism and Anthropology. Cambridge: Polity Press.

Nazurty. (2015). “Perjuangan Perempuan dalam Legende Teluk Wang: Persepsi Gender”. Metasastra Jurnal Penelitian Sastra. 8, (1), hlm. 31—45.

Nur’aini, I. (2015). “Suabaltern Masyarakat Kaili pada Cerpen Perempuan dalam Sakaya”. Lingua. 15, (1), hlm. 108—123.

Ratna, N.K. (2005). Sastra dan Culture Studies Representasi Fiksi dan Fakta.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Said, E.W. (1996). Orientalisme. Bandung: Pustaka.

Saputra, A.D. (2011). “Perempuan Subaltern dalam Karya Sastra Indonesia”. Literasi Jurnal Ilmu-Ilmu Humaniora. 1, (1), hlm. 16—30.

Udasmoro, W. (2010). “Discourse Subaltern dalam Masyarakat Interkultural: Mencermati Relasi Gender Jilbab dan Perempuan Berjilbab di Prancis”. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. 14, (1), hlm. 1—22.

Walby, S. (1990). Theorizing Patriarchy. Oxford UK: Blackwell.

Walby, S. (2014). Teorisasi Patriarki. Terjemahan Mustika K. Prasela. Yogyakarta: Jalasutra.

Refbacks

  • There are currently no refbacks.