ECOLOGICAL WISDOM IN WANGSALAN AS AN EFFORT TO STRENGTHEN CHARACTER EDUCATION WITH CONSERVATION-MINDED
Abstract
Literature has close relationship with the environment. Literature also has an important role in the preservation of environment. Research with this qualitative approach aims to explain the representation of ecological wisdom in the wangsalan as an effort to strengthen character education with conservation-minded. Data of words, phrases, clauses and sentences are analyzed using inter-textual and functional pragmatic methods. The results of this study are: (1) The ecological elements contained in the wangsalan can be divided into five categories, are flora (for example, roning mlinjo:so; janur kuning:pupus; kembang tebu:gleges), fauna (example, wader bungkuk:urang; kapi jarwa:kethek; ayam wana:bekisar), nature (for example, udan riris:grimis; sedhang arga:tlaga, teja bengkok:kluwung), geography/area (example, kutha Gudheg:Yogyakarta; kulone Banjar Patoman:Tasik; peken alit:wande), and cultural outcomes (example, jangan gori:gudheg; gayung sumur:timba; nyaron bumbung:angklung); (2) Every lexicon in wangalan has a philosophy that consist character education, such as love of peace or tends to avoid conflict with others and the environment, not impose, kindness, politeness, patience, and respect for others. From the results of the research is known that wangsalan contains ecological wisdom that needs to be preserved. In addition, this ecological study in the wangsalan can be used as an alternative source to strengthen character education with conservation-minded.
Keywords: wangsalan; ecological wisdom; character education; conservation minded
Sastra memiliki keterkaitan erat dengan lingkungan. Sastra juga memiliki peran penting akan kelestarian lingkungan. Penelitian dengan pendekatan kualitatif ini bertujuan untuk menjelaskan wujud kearifan ekologi dalam wangsalan sebagai representasi suatu pendidikan karakter. Data yang berwujud kata, frasa, klausa, dan kalimat dianalisis menggunakan metode intertekstualitas dan pragmatik fungsional. Hasil penelitian ini adalah: (1) unsurunsur ekologi yang terdapat dalam wangsalan dapat terbagi menjadi lima kategori, yaitu flora (misalnya, roning mlinjo:so; janur kuning:pupus; kembang tebu:gleges), fauna (misalnya, wader bungkuk:urang; kapi jarwa:kethek; ayam wana:bekisar), alam (misalnya, udan riris:grimis; sedhang arga:tlaga, teja bengkok:kluwung), letak geografi/daerah (misalnya, kutha Gudheg:Yogyakarta; kulone Banjar Patoman:Tasik; peken alit:wande), serta hasil budaya (misalnya jangan gori:gudheg; gayung sumur:timba; nyaron bumbung:angklung); (2) setiap leksikon pembentuk wangsalan memiliki filosofi pendidikan karakter, seperti cintadamai/cenderung menghindari konflik dengan lingkungan, tidak memaksakan diri, sifat ramah, santun, sabar, serta menghargai orang lain. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa wangsalan mengandung kearifan ekologi yang perlu untuk terus dilestarikan. Selain itu, kajian ekologi dalam wangsalan ini dapat dijadikan sebagai alternatif sarana pendidikan karakter.
Kata kunci: wangsalan; kearifan ekologi; pendidikan karakter; wawasan konservasi
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Dalimunthe, R.A.A. (2015). Strategi dan Implementasi Pelaksanaan Pendidikan Karakter di SMP N 9 Yogyakarta. Jurnal Pendidikan Karakter. Nomor 1, Volume 5, April 2015.
Dian, Asti. (2017). Bagaimana Kondisi Ekologi Pulau Jawa Hari Ini?. Retrieved from http://www.mongabay.co.id/2017/02/11/bagaimana-kondisi-ekologi-pulau-jawa-hari-ini/ on 5 June 2018.
Dewi, Chandra, dkk. (2012). Aktivitas Antioksidan dan Antimikroba Ekstrak Melinjo (Gnetum gnemon L.). Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, V (2), 74-81.
Garnham, Laura & Hanne Lovlie. (2018). Sophisticated Fowl: The Complex Behaviour and Cognitive Skills of Chickens and Red Junglefowl. Behavioral Sciences, 8 (13), 1-15. Retrieved from www.mdpi.com/journal/behavsci.
Harsono, S. (2008). Ekokritik : Kritik Sastra Berwawasan Lingkungan. Kajian Sastra, 32(1), 45–47.
Holilah, Mina. (2015). Kearifan Ekologis Budaya Lokal Masyarakat Adat Cigugur sebagai Sumber Belajar IPS. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial. Nomor 2, Volume 24, Edisi Desember 2015. Halaman 163-178.
Indiarti, Wiwin. (2017). “Bermain Bahasa Merekam Alam: Ranah Ekologi dalam Wangsalan Using di Banyuwangi,” dalam Sastra, Seni, Santet: Sekumpulan Artikel Tentang Banyuwangi, eds. Antariksawan Jusuf & Hani Z Noor, hlm. 41-64. Banyuwangi: Sengker Kuwung Blambangan.
Jatirahayu, Warih. (2012). Wasitatama 1. Yogyakarta: Yudhistira.
Kadarisman, A Effendi. (2010). Mengurai Bahasa Menyibak Budaya Bunga Rampai Linguistik, Puitika, dan Pengajaran Bahasa. Malang: UIN-Maliki Press.
Leksono, A. S. (2007). Ekologi: Pendekatan Deskriptif dan Kuantitatif. Malang: Banyumedia Publishing.
Mu’in, F. (2013). Ekokritisme: Kajian Ekologis dalam Sastra. In F. Mu’in & S. Hermawan (Eds.), Literature and Nation Character Building (pp. 295–306). Banjarmasin: HISKI.
Ngadi. (2017). Wangsalan Budaya Adiluhung. Yogyakarta: Reisya Publishing.
Noegraha, A. (2010). Teh Melinjo Sebagai Salah Satu Usaha Peningkatan Nilai Tambah Sumber Daya Lokal Berbasis Agribisnis. Retrieved from http://web.ipb.ac.id/-agrohort/.
Odum, E. P. (1996). Dasar-Dasar Ekologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Oktaviani, N. (2013). Khasiat Selangit Air Putih, Air Kelapa, Manggis dan Sirsak. Yogyakarta: IN Azna Books.
Poerwadarminta. (1939). Bausastra Djawa. Jakarta: JBWolters.
Prihanto, P., Soemanto, R. B., & Haryono, B. (2018). Keputusan Orang Tua Dalam Menentukan Pendidikan Dasar Bagi Anak Di Desa Pandeyan, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali. Jurnal Analisa Sosiologi, 2(1).
Puskurbuk. (2011). Nilai-nilai Pendidikan Karakter. Retrieved from www.puskurbuk.net on 6 June 2018.
Subroto, D Edi, dkk. (2000). Kajian Wangsalan dalam Bahasa Jawa. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Sundari, Nurul, dkk. (2010). Pertumbuhan Bji Palem Putri (Veitchia merili (beec) h.f. moors) pada Berbagai Media Tumbuhan. Jurnal Agrikultura, 21 (1), 51-55.
Tjasyono, Bayong HK. 2011. Mikrofisika Awan dan Hujan. Jakarta: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika.
Wijana, I Dewa Putu. (2013). “Wangsalan dalam Bahasa Jawa”. Makalah yang disajikan dalam seminar budaya FIB-UGM. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Budaya UGM.
Wulandari, Y. (2017). Kearifan Ekologis Dalam Legenda “Bujang Sembilan” (Asal Usul Danau Maninjau). Madah: Jurnal Bahasa Dan Sastra, 8(1), 105–114. Retrieved from http://ejurnalbalaibahasa.id/index.php/madah/article/view/376/407
DOI: http://dx.doi.org/10.29255/aksara.v32i1.365.47-66
Refbacks
- There are currently no refbacks.

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
_______________________________________________________________________________________________________
Aksara INDEXED IN:
![]() | ||||
_______________________________________________________________________________________________________
AKSARA diterbitkan oleh Balai Bahasa Provinsi Bali bekerja sama dengan Perkumpulan Pengelola Jurnal Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya (PPJB-SIP)
AKSARA is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License